Senin, 27 Mei 2024

Resensi Buku Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela



Identitas Buku

  • Judul: Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela (judul asli: "窓ぎわのトットちゃん" atau "Madoiwa no Totto-chan")
  • Penulis: Tetsuko Kuroyanagi
  • Tanggal Terbit: Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Gramedia Utama, Jakarta 2008.
  • Genre: Novel autobiografi, pendidikan, inspirasional
  • Penerbit: Berbagai penerbit di Jepang, dan di berbagai negara di dunia.
  • Jumlah Halaman: 293 (Pada Edisi Revisi, Penerbit Gramedia Utama Cetakan ke-30, Juli 2023)
  • Tema Utama: Pendekatan pendidikan alternatif, nilai-nilai persahabatan dan kasih sayang, keunikan individu, pertumbuhan pribadi.

Sinopsis

Totto-chan adalah seorang gadis kecil yang memiliki keceriaan dan keingintahuan yang besar terhadap dunia di sekitarnya. Totto Chan sangat menikmati menonton kelompok pengamen jalanan, bahkan ketika sedang pelajaran berlangsung. Dia sering berdiri di dekat jendela dan menunggu mereka datang. Inilah mengapa dia dijuluki sebagai "gadis cilik di jendela", sesuai dengan judul novel ini. Kisah Totto Chan dimulai dengan kebiasaannya membuka dan menutup meja sekolahnya karena dia merasa senang melakukannya. Namun, semua tindakannya itu membuat guru-gurunya marah padanya. Mereka menganggap Totto Chan nakal dan sulit diatur, sehingga akhirnya dia dikeluarkan dari sekolah umum. Pihak sekolah tidak mengerti bagaimana cara menangani anak seperti Totto Chan.

Namun, Sang Ibu Totto Chan, yang sangat memahami anaknya, mencari sekolah baru untuknya. Dia menemukan sekolah yang sangat berbeda dari yang lain di Jepang, sebuah sekolah yang terletak dalam gerbong kereta api yang tidak terpakai.

Di sekolah ini, bahkan tiangnya pun tidak seperti tiang sekolah biasanya yang terbuat dari besi dan beton, melainkan dua batang pohon yang hidup. Totto Chan sangat tertarik dan tidak sabar untuk segera pergi ke sekolah baru itu. Akhirnya, dia masuk ke sekolah itu, sekolah yang bernama Sekolah Tomoe, sebuah sekolah yang tidak konvensional dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang penuh kasih, Mr. Kobayashi.

Di Sekolah Tomoe, Totto-chan mengalami pengalaman pendidikan yang berbeda dari sekolah-sekolah konvensional. Dia belajar dari interaksi antara guru dan siswa, serta dari pengalaman sehari-hari yang unik di sekolah tersebut. Mr. Kobayashi, dengan pendekatan pedagoginya yang inovatif, memberikan perhatian khusus kepada setiap siswa, termasuk Totto-chan.

Selama di Sekolah Tomoe, Totto-chan menjalin persahabatan yang erat dengan teman-temannya dan belajar banyak tentang nilai-nilai seperti persahabatan, kerjasama, dan keberanian. Dia juga menghadapi tantangan dan kesulitan, tetapi dengan bantuan guru-gurunya dan Mr. Kobayashi, dia belajar untuk mengatasi setiap rintangan dengan kepala tegak.

Novel ini menggambarkan pertumbuhan karakter Totto-chan dari seorang gadis kecil yang polos menjadi seorang yang penuh semangat, percaya diri, dan peka terhadap dunia di sekitarnya. Melalui kisahnya, pembaca diajak untuk merenungkan makna sebenarnya dari pendidikan, persahabatan, dan kasih sayang dalam membentuk kepribadian seseorang.

Resensi

"Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela" merupakan sebuah novel yang menggambarkan kisah hidup seorang gadis kecil bernama Totto-chan. Novel ini ditulis oleh Tetsuko Kuroyanagi dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1981. Cerita ini diadaptasi dari pengalaman nyata penulisnya sendiri saat masih kecil.

Novel ini memperlihatkan perjalanan hidup Totto-chan, seorang gadis yang unik dan penuh dengan keceriaan. Dia adalah seorang anak yang memiliki cara pandang yang berbeda terhadap dunia di sekitarnya. Ketertarikannya pada hal-hal kecil dan keingintahuannya yang besar membawanya ke berbagai petualangan yang menarik.

Sebagian besar cerita berfokus pada tahun-tahun Totto-chan di Sekolah Tomoe, sebuah sekolah yang tidak konvensional di Tokyo yang dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang penuh kasih, Mr. Kobayashi. Di sekolah ini, Totto-chan belajar banyak hal tidak hanya dari buku pelajaran, tetapi juga dari pengalaman sehari-hari yang unik dan interaksi antara guru dan siswa.

Novel ini tidak hanya menghibur pembacanya dengan cerita-cerita lucu dan menyentuh, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan yang mendalam tentang pentingnya keunikan setiap individu, pentingnya pendidikan yang inklusif, dan kekuatan kasih sayang dalam membentuk karakter seseorang.

Dengan gaya penceritaan yang sederhana namun menggugah, "Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela" berhasil menyentuh hati pembaca dari berbagai kalangan. Meskipun sebenarnya target audience novel ini adalah anak-anak. Melalui kisah Totto-chan, pembaca diajak untuk melihat dunia dengan mata yang penuh keajaiban dan menyadari bahwa setiap orang memiliki potensi yang luar biasa dalam dirinya.

Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan dalam isinya:

Kelebihan:

  1. Inspiratif: Kisah perjalanan hidup Totto-chan dan pengalamannya di Sekolah Tomoe dapat menginspirasi pembaca untuk melihat dunia dengan cara yang lebih optimis, kreatif, dan penuh semangat.
  2. Menyentuh Hati: Novel ini menghadirkan momen-momen yang menyentuh hati, terutama dalam hubungan antara Totto-chan dengan teman-temannya, guru-gurunya, dan Mr. Kobayashi. Pesan-pesan tentang kasih sayang dan persahabatan sangat kuat terasa.
  3. Pendekatan Pendidikan Alternatif: Sekolah Tomoe yang digambarkan dalam novel ini menunjukkan pendekatan pendidikan alternatif yang tidak terlalu terikat pada kurikulum formal. Hal ini bisa membuka wawasan pembaca tentang beragam metode pembelajaran yang mungkin lebih cocok bagi beberapa anak.
  4. Menghadirkan Realitas Jepang: Novel ini memberikan wawasan yang dalam tentang budaya Jepang, terutama dalam konteks pendidikan. Pembaca dapat memahami lebih dalam tentang sistem pendidikan Jepang dan bagaimana nilai-nilai seperti disiplin, rasa hormat, dan kerja sama diintegrasikan dalam pendekatan pendidikan.

Kekurangan:

  1. Keterbatasan Perspektif: Karena novel ini berfokus pada pengalaman Totto-chan, pandangan lain tentang Sekolah Tomoe atau sudut pandang lain dari karakter-karakternya mungkin tidak terlalu terwakili.
  2. Ketergantungan pada Kisah Anak: Sebagian besar cerita dalam novel ini berkutat pada pengalaman anak-anak. Ini mungkin membuat pembaca dewasa merasa kurang tertarik atau kesulitan mengidentifikasi diri dengan cerita tersebut.
  3. Kesederhanaan Plot: Bagi pembaca yang mencari plot yang kompleks atau alur cerita yang rumit, novel ini mungkin terasa kurang memuaskan karena lebih fokus pada momen-momen kecil dan pertumbuhan karakter.
  4. Potensi Stereotip: Meskipun novel ini menghadirkan pesan inklusif dan menghargai keunikan setiap individu, ada potensi bahwa beberapa karakter atau situasi dapat dianggap stereotip atau terlalu idealis.

Meskipun demikian, "Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela" tetap menjadi salah satu novel yang penuh inspirasi dan menyentuh hati bagi banyak pembaca dengan membawa pesan universal tentang kebaikan, keunikan, dan pentingnya pendidikan yang inklusif.

By: Shabrina Ilal 'Ulya

Editor: Kabid & Wakabid Litbang 

Selasa, 21 Mei 2024

EUFORIA KEKELUARGAAN ICIS UIN KHAS JEMBER DALAM KEGIATAN MATARAM 2024 DAN MILAD ICIS KE-16



ICIS UIN KHAS JEMBER kembali merayakan ulang tahun yang ke-16 sekaligus melaksanakan kegiatan tahunan ICIS, MATARAM (Masa Ta’aruf dan Mahabbah). Wisata puncak Badean – Panti menjadi tempat momentum perayaaan MATARAM 2024 dan MILAD ICIS ke-16 pada tanggal 18-19 Mei 2023. MATARAM2024 dan MILAD ICIS ke-16 mengusung tema “Ciptakan Semangat Kebersamaan Tuai Keharmonisan” yang menggambarkan pentingnya sebuah kolaborasi, dukungan, dan persatuan dalam menciptakan keharmonisan di antara individu dan komunitas. Selain itu juga mengajak setiap anggota ICIS untuk saling mendukung, bekerja sama, serta menghargai perbedaan untuk mencapai tujuan bersama. Semangat kebersamaan tersebut menjadi pondasi untuk membangun hubungan yang kuat dan harmonis. Sehingga, setiap anggota ICIS akan merasa dihargai, didukung, dan memiliki peran Ketiga elemen “semangat, kebersamaan dan keharmonisan” merupakan kata yang berkesinambungan yang nantinya akan membentuk energi dan hubungan yang sangat kuat jika disatukan. Harapan lain yang dibawa dalam tema ini adalah anggota ICIS dapat menjadi manusia yang berenergi besar untuk terus berkembang bersama sama melalui keharmonisan antar anggota dan peduli terhadap lingkungan sekitar serta pentingnya dalam mencapai kesuksesan bersama. 

Sebelum pemberangkatan, peserta melakukan check in terlebih dahulu pukul 07.00 sd 08.30 WIB. Pukul 08.40 WIB seluruh panitia dan peserta berangkat menuju tujuan puncak Badean dan sampai sekitar pukul 09.15 WIB. Sesampainya di lokasi, panitia mengarahkan peserta untuk beristirahat terlebih dahulu dan kemudian berkumpul di aula utama acara berlangsung. Pukul 10.00 WIB acara diisi dengan pre-opening yang mana kegiatan tersebut berisikan sharing story seputar perjalanan menuju lokasi dan ice breaking yang dipandu oleh Kak Ghefira dan Kak Audi. Kemudian dilanjut dengan acara pembukaan pukul 11.00 WIB yang dipandu oleh Duo MC, kak Alfin dan Kak Hasna. Sambutan yang pertama disampaikan oleh Kak A. Rozi Al-Hafi selaku Ketua Panitia, sambutan yang kedua disampaikan oleh Kak Ahmad Farid Mukhlis selaku Presiden ICIS dan sambutan yang terakhir disampaikan oleh Bapak Nidzom Hamami Abicandra, M. Pd. I selaku Pembina ICIS I. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu indonesia raya dan MARS ICIS , lalu pemotongan tumpeng dan acara terakhir yakni pelepasan balon sebagai penutup dari rangkaian acara pembukaan. Acara demi berlangsung dengan khidmat.


Kegiatan kedua yaitu ISHOMA kemudian dilanjutkan dengan Meet and Greet yakni acara kumpul per kelompok dan dilanjutkan dengan divisi. Pada kegiatan kumpul perkelompok ini, para peserta diajak oleh penanggung jawab kelompok masing-masing untuk saling mengenal satu sama lain dan juga mempersiapkan penampilan apa yang akan mereka suguhkan untuk acara pentas seni di malam hari. Nah, pada saat kumpul per divisi, setiap Kepala divisi mengajak anggotanya having fun dengan tujuan lebih mengeratkan jiwa kekeluargaan. Sedangkan setelah sholat magrib berjamaah, para peserta dan panitia membaca yasin dan tahlil bersama-sama sebagai wujud doa dan harapan agar ICIS UIN KHAS diumur yang ke 16 ini dapat menjadi lebih baik dan menorehkan banyak prestasi.

Dimalam hari, setelah sholat Isya’ berjama’ah seluruh peserta dan panitia berkumpul kembali di aula utama guna mengikuti kegiatan yang dinanti yakni pentas seni. Penampilan pertama yakni kelompok 4, kelompok Pattimura. Kelompok ini membawakan drama tentang Ibu yang mengandung dan membesarkan anak durhaka. Namun, saat Sang Ibu telah tiada sang anak mengalami kesedihan yang teramat pedih dikarenakan ia tersadar bahwa sosok yang selama ini menyayanginya tanpa masa meninggalkan ia selamanya. Dilanjutkan dengan kelompok lain yang tak kalah sempurna penampilan mereka didepan para audience.

Acara setelahnya yaitu remembering the history of ICIS. Seluruh peserta dan panitia diajak duduk mengelilingi api unggun yang sedang berkobar gemerlapnya malam. Kak Ryoga selaku pemateri menceritakan bagaimana sejarah ICIS ini dapat berdiri sampai sekarang dan tak lupa beliau juga menceritakan masa-masa-masa sulit yang pernah dihadapi oleh ICIS serta para tokoh yang berpengaruh dan lahir di ICIS UIN KHAS. Penutup kegiatan hari itu adalah penayangan film True Spirit yang menceritakan kisah seorang gadis yang melewati berbagai rintangan dan tantangan untuk mencapai cita-cita nya.

Esok paginya kegiatan Mataram tak kalah seru dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Setelah melewati suasana dingin malam, peserta dibangunkan untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah. Matahari perlahan mulai naik, peserta diarahkan untuk melakukan senam bersama guna untuk memelihara kebugaran tubuh. Senam berlangsung sekitar 1 jam dan dipimpin oleh kak Ica dan kawan-kawan. Sebelum beralih pada kegiatan selanjutnya, seluruh peserta dan panitia sarapan bersama ditempat senam sebari menikmati udara pagi yang segar dan suguhan keindahan alam setempat yang asri. Setelah mengisi stamina, peserta diajak untuk bermain gobak sodor dan estafet air. Keseruan terus berlangsung dan membuat panitia merasa cemburu akan keseruan tersebut. Sehingga diakhir kegiatan game, panitia dan dewan konsultan dan kehormatan bermain game estafet air sebagai penutup keseruan game pada pagi hari ini.

Sebelum acara penutupan Mataram 2023 peserta dan panitia dihimbau untuk membersihkan kawasan mereka dan merapikan barangnya masing-masing sebagai persiapan pulang. Pada acara penutupan yang dipandu oleh Kak Ubai dan Kak Audi para pemenang diumumkan. Namun, sebelum penyampaian pengumuman, disampaikan pesan dan kesan dari ketua panitia, kak Rozi dan presiden ICIS, kak Farid. Adapun pemenang-pemenang keseruan Mataram 2024 dan Milad ICIS ke-16, yakni :

  1. Winner Gobar sodor : Kelompok 3 (Rasuna said)
  2. Winner Estafet air : Kelompok 6 (Soepomo)
  3. The Best Performance : Kelompok 2 (Malahayati)
  4. The Best grup : Kelompok 1 (Dewi Sartika)
  5. Best Participant Mataram : Alif Abdullah Faqih

Terakhir foto bersama oleh seluruh peserta dan panitia sebagai dokumentasi momen kegiatan Mataram 2024 dan Milad ICIS ke-16 di Puncak Badean - Panti - Jember

By: Muflih. K

Editor: Kabid & Wakabid Litbang

Kisah Sukses di Balik Acara Ma'rifah Jilid VIII, Tidak Hanya Untuk Menang Tapi Juga Tentang Belajar dan Terus Berkembang

Sukses opening Ma'rifah Jilid VIII di gelar, enam hari setelahnya perlombaan Ma'rifah Jilid VIII di laksanakan pada tanggal 17 Novem...