Virus yang mulai mewabah
pada tanggal 31 Desember 2019 di Kota Wuhan Provinsi Hubei Tiongkok, saat ini menyebar hampir ke seluruh dunia dengan sangat cepat. Sehingga WHO atau sering kita dengar dengan organisasi kesehatan dunia
pada tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global, virus
ini sudah menyebar ke sejumlah negara termasuk Indonesia, dan Indonesia termasuk urutan ke-22 negara di Asia yang Terpapar Kasus Virus Corona (COVID-19), sebagai
pandemi yang berdampak di berbagai sektor termasuk pendidikan.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan baru untuk memerangi virus ini. Kebijakan-kebijakan tersebut di antaranya adalah menteri pendidikan dan kebudayaan
RI, Nadiem Anwar makarim telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengatur
kegiatan pembelajaran ditengah pandemi hal tersebut dikeluarkan melalui surat
edaran nomer 4 tahun 2020, yaitu tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam
masa darurat penyebaran corona virus disease (COVID-19) perihal pembelajaran
secara daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan COVID 19 bagi guru dan bagi siswa untuk semua jenjang di seluruh Indonesia.
Terhitung sejak 16 maret
2020 hampir semua sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia menerapkan sistem
belajar di rumah, pihak lembaga meniadakan semua kegiatan yang bersifat tatap
muka, baik belajar mengajar ataupun proker dan kegiatan lainnya. Keputusaan
yang begitu cepat dan dilakukan secara dadakan ini memberikan berbagai dampak,
mulai dari ketidaksiapan lembaga dalam menyediakan program daring hingga
ketidak pahaman peserta didik karena kurangnya sosialisasi.
Tak jarang pada saat ada
mata kuliah memang banyak mahasiswa yang mengikuti kuliah, namun hanya beberapa
mata yang fokus kepada pemateri, hanya beberapa telinga yang mendengarkan
penjelasan dan nasehatnya, dan hanya beberapa otak yang berfikir. Lalu apa
kabar dengan sistem daring? Pembelajaran daring dilakukan bukan lagi sebagai
pengganti kuliah tatap muka,bukan sekedar penunjang melainkan pembelajaran yang
dilakukan sepenuhnya menggunakan fasilitas daring sehingga diperlukan upaya
untuk mensinkronkan antara harapan pemerintah, guru, peserta didik,dan orangtua
agar tujuan pembelajaran tetap tercapai meskipun sepenuhnya dilaksanakan dengan
sistem daring.sa digunakan biasanya zoom, google class, google meet, teams,
dsb.
Seorang
perdana mentri perempuan pertama di inggris pernah mengatakan “watch your thoughts for they become words, watch your words for
they become your action,watch actions for they become your habits, watch your
habits for they become your character, watch your character for they become
your destiny in other words what you think in your become”. Perhatikan apa yang dipikirkan, karena hal itu
akan keluar menjadi ucapan, menjadi kata kata, perhatikan apa yang diucapkan
karena itu akan menjadi tindakan, perhatikan apa yang di lakukan karena ketika
itu diulang ulang, kemudian akan menjadi kebiasan, perhatikan bagaimana
kebiasaan mulai dari mata terbuka sampai tertutup lagi karena hal itu akan
menjadi karakter, perhatikan bagaimana karakter selama ini karena demikianlah akan menjadi takdir.
Pertanyaan nya selama
masa pandemi ini, mindset atau pola pikirnya diisi dengan nutrisi apa? apa yang
selama ini dibaca? apa yang dipelajari? Apa yang diserap setiap harinya? Bagaimana arah kebiasaan yang dilakukan dirumah selama ini? Sekeras apa doa yang dipanjatkan? Sejauh mana langkah untuk mencapai cita cita? Sudahkah menggunakan kuota dengan baik dan benar?
Semua
butuh doa, proses, dan waktu yang diiringi rasa suka duka, tangis, kecewa, bahkan air mata, dan rasa
ingin menyerah tanpa berfikir perjuangan yang telah dilewati. Cukup
ketidakpastian tentang kapan pandemi akan berakhir, mimpimu jangan. Pandemi
layaknya buku tebal, buram ketika dibaca, di penuhi dengan diksi diksi yang
sulit di cerna, namun tetap harus dibaca dan dipahami oleh pembaca.
Belakangan
ini sudah tak asing lagi bagi kita maraknya celetukan keluh kesah mahasiswa di
media sosial dengan gaya bahasa kekinian nya seperti “aghhh, mager bet si
gini aja terus”, “moodboster ku auto ilang gegara corona” , “damagenya
gaada akhlak”, dan masih banyak lagi keluh kesah yang amat sangat tidak
bermanfaat lain nya, alangkah lebih baik nya ponsel tersebut digunakan untuk
hal positif, misalnya membuat konten kreatif yang dapat menambah wawasan
penonton bahkan dapat menghasilkan pundi pundi rupiah, bukan berlomba lomba
meraih skin, hero mobile lagend, apalagi nonton drama korea hingga lupa waktu.
Tak
jarang sebagian dari kaum mahasisawa bosan dengan kehidupan yang monoton,
terdiam tanpa arah bahkan hanya rebahan sembari bermain ponsel, tanpa sadar
kita sudah membuang ribuan detik untuk hal yang unfaedah, Sebagai kaum
intelektual yang dikenal dengan julukan “Mahasiswa” tidak sepantasnya bersikap
seperti itu. Apalagi mengingat usia yang mulai beranjak dari belasan menuju
puluhan. Di mana pada masa tersebut akan banyak tanggung jawab yang harus di pikul, ada mimpi yang harus terealisasi, dan
yang paling penting ada orang yang harus kita banggakan.
Sebagai
agent of analisis, agent of change, agent of control merupakan suatu
kewajiban bagi kita untuk lebih mencintai diri sendiri, lebih menghargai waktu,
dan selalu mengevaluasi diri. Kita adalah pemimpin paradigma diri sendiri,
berhentilah beralasan karena corona aku bermalas malasan, karena dirumah saja
aku malas menambah wawasan dan relasi, berhentilah dalam kegabutan yang tak
membawa memanfaatan.
Kaum
intelektual harus berperan aktif
dalam memutar otak, mengatur strategi untuk tetap melakukan hal positif selama
pandemi. Misalnya, dari kebiasaan ngumpul untuk ghibah, kita jadi punya waktu
untuk ngobrol buat masa depan, dari ngumpul di cafe sekedar mencari hiburan dan
menghabiskan uang jajan, kita bisa punya banyak waktu dengan keluarga, yang
terbiasa sibuk dengan hiruk pikuk menanggapi apa kata orang lain, kita bisa
punya waktu untuk sibuk kepada diri sendiri dan belajar menjadi diri sendiri,
dari yang malas untu tahajud dengan beralasan sibuk fullday di kampus, kita bisa
lebih pandai mengatur waktu untuk tahajud di sepertiga malam.
Semua sudah diatur oleh Allah, semua pasti ada hikmahnya sebagaimana firman nya pada surah
Ali Imron(3):191 yakni
ﺭﺑﻨﺎ ﻣﺎ ﺣﻠﻘﺖ ﻫﺬﺍ ﺑﺎﻃﻼ
“ Engkau (Allah) tidak menciptakan sesuatu
dengan sia sia “
Jangan sampai pandemi
berlau tanpa adanya target yang dituju dan hari hari hanya dilalui dengan
merebahkan diri, Tetaplah fokus dengan menjadikan semua keadaan adalah belajar
dan pembelajaran, tiap tempat adalah kelas, tiap orang yang ditemui adalah
guru, tiap yang dipegang adalah pena, dan tiap yang dilihat adalah buku.
Kiasan yang terkandung
di balik salah satu bait syair Alfiyah Ibnu Malik yang dapat di pelajari yaitu :
ﻭﻛﻞ ﻭﻗﺖ
ﻗﺎﺑﻞ ﺫﺍﻙ ﻣﺎ # ﻳﻘﺒﻠﻪ ﺍﻟﻤﻜﺎﻥ ﺇﻻ ﻣﺒﻬﻤﺎ
“Hargailah waktu maka kita akan memahaminya, jangan biarkan
waktu berlalu tanpa arti”
Dikutip dari kitab ta'lim al muta'allim karangan Syeikh
az zarnuji disebutkan bahwasanya “Manusia harus memiliki cita-cita yang tinggi dalam
menuntut ilmu,layaknya sayap burung terbang dengan sayapnya, sedangkan manusia
akan terbang dengan cita-citanya”. Disebutkan pula dalam syiirnya yaitu:
ﺍﻟﺠﺪ ﻳﺪﻧﻲ
ﻛﻞ ﺍﻣﺮ ﺷﺎﺳﻊ # ﻭﺍﻟﺠﺪﻳﻔﺘﺢ ﻛﻞ ﺑﺎﺏ ﻣﻐﻠﻖ
“Adapun kesungguhan akan membuat dekat suatu yang jauh, dan
dengan kesungguhan pula dapat membuka setiap pintu yang tertutup”
Syair tersebut sudah jelas membahas bahwasanya kesuksesan yang di dambakan tidak dapat digapai dengan rebahan, jangan pikir muda foya foya kelak masuk syurga, kesuksesan tak sebercanda itu . Jangan lupa berdoa sembari menjalankan protokol kesehatan, di rumah saja bukan berarti penjara untuk mengasah kemampuan kita, tetaplah produktif , dan belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan lagi, segera pulih Indonesiaku.
Oleh : Difla Afia_Divisi Bahasa Arab_dalam "Optimalisasi Peran Mahasiswa dalam Menghadapi Pandemi"_dengan judul asli Kesuksesan Tak Sebercanda Itu Bambang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar