Selasa, 31 Agustus 2021

TERTAWA BERSAMA AL-QUR'AN

Karya sederhana ini, kami persembahkan untuk :

1. Ibu dan Bapak tercinta atas segala limpahan kasih sayang yang tak putus-putus dan tak mungkin bisa tergantikan dengan apapun. Semoga Allah selalu mengasihi mereka sebagaimana mereka mengasihiku.

2. Kepada semua guru-guruku, khusus untuk pak yai Soleh Mahalli sekeluarga yang telah berkenan mendidik dan mengarahkan penulis selama kami belajar di Probolinggo.

3. Yang terakhir, buat semuanya yang pernah menghiasi perjalanan hidupku hingga saat ini.


PEMBAHASAN.

Tertawa merupakan sesuatu yang sudah sangat tidak asing dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Dalam sehari pasti ada orang yang tertawa sendiri ataupun bersama-sama. Apalagi sekarang ini banyak acara-acara dalam stasiun televisi yang menyuguhkan adegan-adegan yang mengundang tawa.Terlepas dari hal tersebut, ternyata Islam secara umum, dengan ditemukannya. beberapa ayat dan hadis, mencoba untuk “meminimalisir” gejolak tertawa ini. Terlebih dalam kajian tasawuf, tawa semakin tidak mempunyai tempat untuk tetap “berjaya”. Al-Quran sendiri menyinggung mengenai tertawa sebanyak sepuluh kali, lima diantaranya mengecam adanya tawa ini. Dilain pihak, dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam dunia kesehatan dan psikologi, tawa malah didaulat sebagai sesuatu yang sangat bermanfaat bagi manusia baik secara fisik, mental, maupun sosial. Sekelumit perdebatan inilah yang menjadikanpembahasan penulis mengenai tertawa dalam al-Quran perspektif psikologi ini kiranya menjadi menarik.

Pokok masalah yang akan dikaji adalah mengenai tertawa dalam kajian al-Quran dengan pendekatan Psikologi. Dengan demikian sebenarnya tertawa adalah sesuatu yang hukum asalnya adalah boleh. Jika itu berlebihan pasti akan menyebabkan keburukan, tetapi jika dilakukan sesuai dengan kadarnya, pada situasi kondisi yang tepat, dan dengan motivasi yang tepat, maka disitulah letak dari manfaat tawa bisa diperoleh. Begitu juga sebaliknya.

Kata tertawa terdiri dari dua kata. Jika ditulis dengan metode pemenggalan baku bahasa Indonesia menjadi ter-tawa. Jadi kata dasar dari tertawa adalah tawa. Kata tawa adalah kata benda, kemudian diimbuhi awalan ter- yang merubah kedudukannya menjadi kata kerja. Tawa didefinisikan sebagai sebuah ungkapan rasa gembira, senang, geli, dan sebagainya dengan mengeluarkan suara pelan, sedang, atau keras dengan gembira. Bercanda atau tertawa merupakan bagian dari sikap natural manusia, dan dalam kontruksi keilmuan berada pada wilayah kajian sosiologis, psikologis, dan komunikasi. Maksudnya, peneliti menilai bahwa etika bercandadan tertawa tidak bisa di dekati oleh landasan moral-teologis saja.

Maka, upaya untuk membuktikan Islam dalam prinsip “Shalih Likulli Zaman wal Makan”. Islam sebagai sebuah system yang sempurna mengatur seluruh aspek kehidupan.

Bagaimana Islam dalam hal ini etos dan etik Nabi Muhammad memandang tertawa dan bercanda? Bagaimana para ulama menginterpretasi teks Al-Qur’an dan Hadis lalu memberikan argumentasi. Lalu, terakhir bagaimana kajian sosiologis, komunikasi, dan psikologi menilai argumentasi dari konsep tertawa dan bercanda dalam perspektif Islam.

Maka, untuk itu peneliti menilai bahwa Konsep Bercanda Dan Tertawa Dalam Persfektif Hadis (Studi Hadis Maudhu’i) mesti dikupas dan layak di lakukan penelitian. Etika yang mulia memiliki porsi besar dalam Islam, karena Islam adalah agama yang menghimpun seluruh kebaikan. Dan perkara paling penting yang harus seorang muslim perhatikan dalam hidup keseharian, adalah mengamalkan sunnah Rasulullah Saw dalam semua gerak dan diamnya, perkataaan dan perbuatan sehingga hidupnya berjalan secara sistematik berdasarkan Sunnah Rasulullah Saw dari pagi hingga sore hari. Dan, terutama tawa dan tangis yang tercipta karena media ini, secara tidak kita sadari, pembaca menyadari bahwa telah terjadi pergeseran yang begitu jauh dari tawa dan tangis yang dialami oleh orang-orang pada masa lalu.

Pembaca pun juga akan menyadari bahwa tawa yang kerap dimaksudkan untuk mengolok-olok, merupakan tawa orang yang tidak beriman, dimana perbuatan itu pula telah dikecam dalam Al-Quran. Pembaca bisa mengetahui tertawa orang beriman, salah satunya dicontohkan oleh Nabi Sulaiman a.s. yang dikisahkan dalam Al-Quran ketika ia mendengar seekor semut menyuruh semut-semut lain masuk ke sarang mereka khawatir terinjak pasukan Sulaiman. Ketika mendengar seruan semut itu, Nabi Sulaiman a.s. tertawa, lalu berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebaikan yang akan mengalir sampai anak cucuku. Sungguh aku bertobat kepada-mu dan sungguh, aku termasuk orang muslim (Q.S. al-Ahqaf: 15)”. Dimana, tertawa di sini bukan tertawa yang menyebabkan ingkar dan lupa Allah, melainkan tertawa yang mengantarkan kepada doa dan syukur.

Dan, hal yang tidak bisa kita lepas saat membaca buku ini, tentunya tawa dan tangis itu sendiri. Yang maksudnya, kita membaca buku ini bisa tertawa sekaligus menangis. Tertawa, karena Hasan Tasdelen menyuguhkan pelbagai anekdot yang diambil dari para penulis karya klasik, dimana, ia juga memberi pesan bahwa anekdot-anekdot yang disuguhkan pada bagian pertama jangan dinilai sebagai teks sejarah yang tidak diragukan kebenarannya. Anekdot-anekdot tersebut lebih bertujuan untuk menghibur, melepas lelah, dan mengistirahatkan pikiran.

Sedangkan, tangis yang barangkali kita alami, dikarenakan kesadaran kita akan riwayat mereka dan riwayat kita sekarang. Dimana, ayat-ayat Al-Quran muncul dalam kesehariannya, dalam setiap percakapan dan lakunya. Jadi, dengan meminjam pernyataan Hasan Tasdelen, pembaca merasa bahwa buku ini bertujuan pula untuk “menunjukkan bagaimana Al-Quran berpengaruh terhadap setiap detik kehidupan orang beriman.”

Dan Apakah al-Qur'an itu mempunyai sebuah persaan sehingga al-Qur'an itu bisa menangis ? dan apakah al-Qur'an itu juga bisa tertawa ? 

Ya, tentu saja al-Qur'an sering kali menangis. Kapan al-Qur'an itu menangis ? al-Qur'an menangis waktu manusia tidak membaca bahkan membuka kitab suci ( al-Qur'an) lagi, padahal, kita sebagai seorang umat Muslim tau bahwa al-Qur'an yang nantinya akan menjadi penyalamat kita di akhirat nanti. Tetapi, kenapa masih saja banyak yang tidak melaksanakannya ( membaca al-Quran ) ? dan apakah al-Qur'an itu cuman untuk menjadi pajangan saja  ? 

Dan kita tau sekarang manusia lebih banyak membaca chatt atau membuka handpone dibandingkan membaca atau membuka al-Qur'an. Apakah kita mendapatkan pahala ?  dan Apakah sebuah handphone akan menyelamatkan kita di akhirat nanti ? 

Dan apakah diakhirat nanti kita akan ditanyakan  pernahkah kamu membuka handpone atau membaca chatt ? , Tentu saja jawabannya" tidak". 

Kita bahagia didunia namun al-Qur'an menangis karena melihat manusia tidak mau lagi membaca al-Qur'an.

Jika diakhirat nanti kita ditanya " pernahkah kamu membaca al-Qur'an" ? dan kita tidak bisa lagi berdusta . mulut kita berbicara dengan sendirinya. Dan al-Qur'an pun akan datang dan dia akan berkata yang sebenarnya  " dia tidak pernah membaca saya , dia sibuk dengan dunianya, pekerjaannya, sehingga dia lupa dengan saya "

Sebenarnya, sekarang kita mempunyai banyak waktu untuk membaca al-Qur'an. Tetapi, kenapa kita tidak meluangkan waktu itu untuk membaca al-Qur'an ?

Dan banyak orang beralasan aku tidak bisa membaca Al-Qur'an karena aku sibuk , Subhan Allah

Hari kiamat nanti Allah akan hadirkan orang-orang yang sibuk dari pada kita, dia punya anak sepuluh dia berhasil mendidik anaknya menjadi hafiz hafizah, subhan Allah

Banyak orang yang punya satu anak, dua anak tidak bisa mendidik anaknya , apa alasan kepada Allah SUBHANAHU WA TA'ALA di hari kiamat ??

Ketika Allah bertanya kalian mengatakan  " aku sibuk "  aku tidak punya waktu , apa alasan kita kepada Allah subhanu wa ta'ala ?? kita berkata " nggak punya waktu ke mesjid " 

Allah datangkan ini orang tidak punya kaki rajin ke mesjid. Apa alasan kita " aku tidak punya waktu baca Al-Qur'an ". Allah datangkan orang-orang buta ini hamba-Ku buta tidak bisa melihat dia hafal Al-Qur'an. Mau kemana kalian lari ? 

Kita sebagai umat seorang umat Muslim tau bahwa al-qur'an itu adalah kitab suci kita. Dan kita tau kalau mendengerkan seseorang membaca al-Qur'an saja kita mendapatkan pahala apa lagi kita yang membancanya. Tetapi masih saja kita tidak melaksankannya. 

Apakah kita akan rugi jika kita meluangkan waktu kosong kita untuk membaca al-Qur'an ? tentu "tidak" bukan. 

Jadi, apakah kalian masih males membaca al-Qur'an ? 

Jika kalian mau al-Qur'an menyelamatkan kalian waktu di akhirat nanti. Maka mulailah membaca al-Qur'an ubahlah kebiasaan males kalian untuk membaca  al-Qur'an. 

Kapan al-Qur'an itu tertawa ? 

Al-qur'an sangat bahagia melihat umat manusia membaca al-Qur'an, dan diakhirat kita. Al-Qur'an tertawa bahagia saat kita melantunkan ayat-ayat suci al-Qur'an. Dan kita pun akan merasa tenang waktu melantunkan nanti dialah akan menjadi penyalamat ayat-ayat al-Qur'an.

Al-Qur'an sangat bahagia waktu kita menyentuhnya dan membacanya. Tetapi, jika kita tidak menyentuhnya maka al-Qur'an akan menangis atau bersedih. Sudah kita ketahui bahwa al-Qur'an lautan hikmah tanpa tepi bagi siapun yang menyelaminya, obat bagi segala penyakit, dan pedoman dalam menjalani hidup yang fana ini.


Safina Fitriani
Divisi Fahmil

Salam Prestasi!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUKSES! PBAK UIN KHAS JEMBER 2024 BERHASIL DI GELAR.

ICIS - Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember Berhasil melaksanakan kegiatan Pengenalan Budaya Akademik Kemahasi...