Sejak era pemerintahan Presiden Seoharto, penghujung Bulan September menjadi hari peringatan terjadinya peristiwa yang sangat penting bagi negeri kita, Indonesia. Bagaimana tidak, Peristiwa G30S/PKI yang merupakan singkatan dari kudeta Gerakan 30 September yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965 telah begitu mengiris hati rakyat. Gerakan yang dipelopori oleh D.N. Aidit, yang tidak lain merupakan ketua PKI pada saat itu adalah bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Dalam gerakan ini, perwira-perwira tinggi TNI Angkatan Darat (TNI AD) menjadi sasaran penculikan. Pada peristiwa yang terjadi dini hari itu, Panglima TNI AH Nasution yang menjadi target utama berhasil meloloskan diri. Namun, Ade Irma Nasution yang merupakan putri beliau, tewas beberapa hari kemudian setelah mengalami luka tembakan oleh anggota PKI. Sedangkan, ajudan beliau yang bernama Lettu Pierre Andreas Tendean, memberanikan diri untuk mengakui dirinya sebagai Panglima TNI AH Nasution, oleh karena itu, beliau diculik dan ditembak di Lubang Buaya. Sedangkan perwira-perwira tinggi TNI AD lainnya, tiga di antaranya langsung dibunuh di kediamannya. Dan tiga lainnya diculik, kemudian juga dibawa menuju Lubang Buaya.
Adapun nama-nama perwira tinggi TNI AD tersebut adalah :
- Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani
- Mayor Jendral Raden Soeprapto
- Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono
- Mayor Jendral Siswondo Parman
- Brigadir Jendral Donald Isaac Panjaitan
- Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo
Tidak hanya itu, beberapa orang lainnya yang juga menjadi korban pembunuhan oleh PKI di Jakarta dan Yogyakarta, di antaranya adalah :
- Brigadir Polisi Ketua Karel Satsuit Tubun
- Kolonel Katamso Darmokusumo
- Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto
Keenam jenderal TNI AD di atas beserta Lettu Pierre Tendean kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi. Yang mana sejak berlakunya UU Nomor 20 tahun 2009, gelar ini juga diakui sebagai Pahlawan Nasional. Pasca peristiwa G30S/PKI, rakyat menuntut Presiden Soekarno untuk segera membubarkan PKI. Mayor Jenderal Soeharto kemudian mendapat perintah untuk membersihkan seluruh unsur pemerintahan dari pengaruh PKI. Yang mana kemudian pada tanggal 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Karena atas ijin-Nya, PKI tidak dapat mengubah negeri yang telah berdasarkan pada Pancasila.
Peristiwa G30S/PKI ini, sekali lagi merupakan peristiwa pengkhianatan yang sangat melukai hati rakyat. Dalam memperingati peristiwa ini, rakyat Indonesia mengibarkan bendera setengah tiang pada setiap tanggal 30 September, dan mengibarkan bendera satu tiang penuh pada tanggal 1 Oktober. Sebagai penerus bangsa, kita memiliki harapan yang sama semoga peristiwa seperti ini tidak terulang lagi. Oleh karena itu, sangat penting bagi generasi-generasi muda untuk mengetahui bagaimana catatan-catatan peristiwa sejarah, agar kita sama-sama belajar untuk berusaha mencegah kejadian yang tidak diinginkan maupun untuk memperbaiki apa-apa yang memang perlu untuk diperbaiki.
Mengheningkan cipta serta do'a untuk mengenang para pahlawan nasional, korban G30S/PKI sebagai wujud dari cinta Tanah Air.
@timlitbang'21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar