Rabu, 28 Juni 2023

Hari Keluarga Nasional Mewujudkan Keluarga Yang Berkualitas

 



Ditetapkannya tanggal 29 Juni sebagai Hari Keluarga Nasional merupakan momentum yang istimewa untuk memperbaiki hubungan kita dengan keluarga. Walaupun tak banyak yang mengetahui akan adanya hari tersebut, melalui keputusan RI Nomor 39 Tahun 2014 menjadi salah satu pengingat bagi kita, agar senantiasa menjalin hubungan baik serta menyempatkan waktu berkumpul bersama keluarga.

Penggagas Hari Keluarga Nasional sendiri ialah Prof. Dr. Haryono Ketua Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di era presiden Soeharto atau yang sekarang dikenal Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Beliau mengutarakan tiga pokok pikiran diantaranya yaitu: Semangat kepahlawanan serta perjuangan bangsa, menghargai keluarga, membangun keluarga yang bekerja keras serta mampu membenahi diri untuk menjadi keluarga yang sejahtera. Dalam momentum memperingati Hari Keluarga Nasional, beberapa daerah di Indonesia mengadakan suatu kegiatan yang berbeda-beda. Salah satunya di daerah Jawa Barat melakukan upaya penguatan peran keluarga dalam percepatan penurunan stunting dengan berbagai kegiatan seperti: pelayanan kepada masyarakat, pameran pencapaian program, pemberian apresiasi dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya yang diharapkan menyentuh seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat yang beresiko stunting. Manfaat dari kegiatan-kegiatan tersebut tak lain agar kualitas keluarga menjadi lebih baik, bisa merubah hidup sehat dan terencana, serta menyelamatkan masa depan generasi penerus bangsa.

Hari Keluarga Nasional diperingati dengan tujuan agar dapat meningkatkan peran keluarga di masa mendatang. Bahwasanya keluarga merupakan tiang negara. Jika keluarga hidup berkualitas, maka Indonesia juga berkualitas serta sejahtera. Ingat, dari suatu keluarga yang sejahtera maka lahirlah keluarga yang sehat serta cerdas. Membentuk suatu bangsa Indonesia serta membentuk keluarga merupakan nafas kehidupan, maka membentuk keluarga juga termasuk membentuk suatu bangsa.

Dengan demikian, mari kita jadikan momentum Hari Keluarga Nasional ini sebagai momen untuk memperhatikan kualitas keluarga dan untuk memperkuat fungsi keluarga. Di mana keluarga menjadi tempat untuk memberikan perlindungan penuh kasih sayang serta menjaga kesehatan setiap anggota keluarga.


By : 
Enik Syarifatul Jannah
Editor : Kabid & Wakabid Litbang

Kisah Adhiyah Dibulan Dzulhijjah

 


Allahu Akbar

Allahu Akbar

Allahu Akbar

Allahu Akbar walillahil hamd

Disebutkan dalam Al-qur’an surah Al-Baqarah ayat 286 yang berbunyi لا يكلف الله نفسا الا وسعها.... الخ  bahwa Allah tidak akan memberi ujian kepada umatnya lebih dari ketidak mampuannya. Artinya Allah akan menguji umatnya sesuai dengan kemampuannya. Hal tersebut dilakukan bukan tanpa alasan, melainkan untuk menjadikan manusia yang lebih kuat akan keyakinan dalam dirinya, manusia yang bertanggung jawab akan setiap permasalahan dan manusia yang selalu bersabar dalam menghadapi setiap tantangan dalam hidupnya.

Islam merupakan agama rahmatan lil alamin yakni rahmat bagi seluruh alam. Islam merupakan agama yang dapat merangkul semua makhluq hidup yang ada dalam dunia ini, tidak memandang suku, ras, agama, ataupun budaya dan keturunan.  Islam mewadahi semua makhluk yang ada didunia ini. Maknanya sikap kasih sayang dan juga toleransi sangat terbentuk dalam hal ini, Islam mempercayai bahwa agama adalah berasal dari Tuhan. Dan Tuhan yang akan mengatur segala hal yang ada dalam dunia ini. Sehingga tugas manusia yaitu menjaga seluruh hakikat yang ada dalam dunia ini. Islam merupakan agama dengan beribu tradisi dan perintah Tuhan yang dapat mempersatukan persaudaraan. Banyak hal yang dilakukan sesuai dengan sebuah kemaslahatan. Makananya berbuat tanpa ego. Berbasis persatuan membentuk agama yang kuat dan saling mengerti satu dengan yang lain. Salah satu perintah Tuhan yang saat ini datang yaitu perintah untuk berkurban dibulan dzulhijah atau biasa disebut dengan kurban di idul adha.

Idul Adha atau biasa disebut dengan hari raya kurban. Banyak sekali umat Islam yang berbondong-bondong untuk mendapatkan pahala kebaikan dimomen tersebut. Banyak sekali masyarakat yang menyumbangkan hewan kurban untuk disembelih pada hari tasyriq atau pada tanggal 10, 11 dan 12 dzul hijjah. Hari raya kurban diberi sebutan dengan Idul Adha karena berasal dari kata adha ( adhiyah) yang memiliki arti kurban, maka dari itu  hari tersebut disebut dengan idul adha. Adanya idul adha berasal dari kisah Nabi Ibrahim yang merupakan nabi dengan beribu kesabaran dan kuat keyakinannya terhadap Allah. Pada suatu saat Nabi Ibrahim di uji keimanannya oleh Allah dengan datangnya perintah Allah di dalam mimpi Nabi Ibrahim dan mimpi tersebut tidak hanya datang satu kali melainkan hingga tiga kali secara berturut-turut. Mimpi tersebut membuat Nabi Ibrahim berfikir panjang dan bersedih selama beberapa hari, hingga akhirnya Nabi Ibrahim memutuskan untuk menceritakan mimpinya kepada Nabi Isma’il sebagai objek dalam mimpi Nabi Ibrahim tersebut. Nabi Isma’il merupakan putra dari Nabi Ibrahim yang terlahir untuk meneruskan perjuangan Nabi Ibrahim sebagai seorang nabi.

Adapun isi dari mimpi Nabi Ibrahim yang terus menerus membuat beliau sedih adalah perintah Allah terhadap Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya yakni Nabi Isma’il. Setelah Nabi Ibrahim menceritakan mimpinya terhadap putranya, kemudian dengan tulus dan sabar Nabi Isma’il mempersilakan ayahnya untuk melaksanakan perintah Allah tersebut. Karena Nabi Isma’il memahami bahwa tentunya bukan tanpa alasan Allah memerintahkan sedemikian rupa terhadap Nabi Ibrahim, kemudian dengan kesepakatan bersama, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah tersebut. Nabi Ibrahim menerapkan tatacara kurban sesuai dengan syari’at, beliau meletakkan kepala Nabi Isma’il diatas batu yang kemudian siap untuk disembelih di bagian lehernya. Bi idznillah, pada saat Nabi Ibrahim hendak menyembelih Allah mengganti Nabi Isma’il dengan seekor domba putih besar tanpa ada cacat pada tubuhnya yang akhirnya di jadikan sebagai hewan kurban pengganti Nabi Isma’il. Hal ini bertepatan pada tanggal 10 dzulhijjah yang kemudian diberi nama Idul Adha, untuk mengingatkan umat Islam terhadap kisah penyembelihan Nabi Isma’il atas perintah Allah terhadap Nabi Ibrahim.

Keterkaitan kisah penyembelihan Nabi Isma’il dengan Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 268 yaitu perintah Allah terhadap Nabi Ibrahim yang tidak pernah meragukan ketuhanannya terhadap Allah untuk menyembelih Nabi Isma’il yakni putranya yang dikaruniakan oleh Allah. Hal tersebut Allah perintahkan kepada Nabi Ibrahim dengan melibatkan Nabi Isma’il karena Allah tahu bahwa kedua nabi tersebut dapat menyelesaikan permasalahannya dan menjadikannya sebagai manusia yang sabar dan semakin kuat keyakinannya terhadap Allah. Nabi Ibrahim termasuk orang yang amanah dalam menjalankan perintah Allah SWT. Dapat di ingat, bahwa untuk mendapatkan seorang putra yang sholih dan juga sabar, Nabi Ibrahim tidak henti-hentinya berdo’a kepada Allah SWT untuk dikaruniai putra yang sholih dan juga sabar. Pada akhirnya Allah mengkaruniai seorang putra terhadap Nabi Ibrahim yang kemudian beranjak dewasa  Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih Nabi Isma’il. Hal ini bukanlah perkara yang mudah untuk manusia, akan tetapi karena keyakinannya terhadap Allah dan juga sikap amanah dari Nabi Ibrahim serta sikap sabar dari Nabi Isma’il, keduanya mampu menjalankan perintah Allah tersebut (Bi idznillah).

Dalam pelaksanaannya, hukum dari berkurban yaitu sunnah muakkadah sebagaimana dijelaskan dalam kitab fathul qorib Al mujib hal 62 :

والأضحية سنة مؤكدة على الكفاية فإذا اتى بها واحدة واحد من اهل البيت كفى عن جميعهم ولا تجب الاضحيه الا بالنذر

Dalam kitab tersebut disebutkan kalimat سنة مؤكدة  yang bermakna bahwa berkurban itu di anjurkan. Akan tetapi dalam redaksi tersebut juga di jelaskan bahwa hukum dari berkurban itu dapat berubah menjadi wajib apabila berkurban itu di nadzarkan. Redaksi tersebut menjelaskan bahwa selain sunnah muakkadah, hukum berkurban tersebut fardhu kifayah, dimana apabila dalam satu rumah terdapat salah satu dari anggota keluarga yang berkurban, maka gugurlah kewajiban berkurban untuk anggota rumah lainnya. Dalam berkurban pun terdapat beberapa ketentuan hewan yang bisa dikurbankan yaitu domba yang berumur satu tahun memasuki dua tahun (jadz’ah), kambing yang berumur dua tahun memasuki umur tiga tahun, unta yang berumur lima tahun menginjak umur enam tahun dan sapi yang berumur dua tahun menginjak umur tiga tahun. Dari binatang-binatang yang dapat dijadikan sebagai kurban tersebut terdapat ketentuan lebih khusus yang di jadikan syarat sahnya hewan kurban yaitu tidak diperbolehkan menyembelih hewan yang buta, binatang yang pincang, binatang yang sakit, binatang yang kurus, binatang yang bertanduk dan  binatang yang cacat tubuhnya seperti terpotong ekornya. Jika di dapati hewan dengan keadaan yang demikian, maka hewan tersebut tidak dapat dikurbankan, karena tidak mencukupi syarat kebolehan dalam berkurban. Penjelasan terkait syarat hewan yang dikurbankan ini dikutip dari kitab Fathul Qorib Al Mujib Fashal tentang ketentuan dalam berkurban dalam bab الأضحية

Perintah Allah untuk berkurban yaitu mengingatkan kisah penyembelihan Nabi Isma’il yang kemudian diganti dengan seekor domba besar, dan kejadian ini terjadi pada tanggal 10 bulan dzulhijjah yang biasa diperingati sebagai hari raya Idul Adha. Berkurban merupakan salah satu cara untuk memupuk rasa kasih sayang terhadap orang lain. Dengan berkurban, banyak sekali masyarakat yang bahagia karena adanya pembagian daging kurban. Perilaku ini yang harus ditanamkan dalam diri manusia supaya tidak hanya mementingkan kepentingan pribadi. Karena banyak sekali masyarakat diluar sana yang membutuhkan bantuan kita. Pembagian daging kurban tersebut yang akan memupuk tali silaturahmi antar persaudaraan. Bahkan perintah berkurban bagi orang yang mampu sudah disyari’atkan oleh Allah dalam Al Qur’an surah Al Kautsar ayat 2 yaitu فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

   Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah memerintahkan umatnya untuk melaksanakan sholat dan berkurban bagi yang mampu. Alangkah baiknya jika kesunnahan tersebut dijalankan bagi kita sebagai umat muslim dengan agama yang mendapat julukan sebagai agama yang Rahmatan Lil Alamin karena dengan berkurban kita mampu membahagiakan perasaan banyak orang disekitar kita.

 

By           : Choula Afifah

Editor     : Kabid & Wakabid Litbang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kisah Sukses di Balik Acara Ma'rifah Jilid VIII, Tidak Hanya Untuk Menang Tapi Juga Tentang Belajar dan Terus Berkembang

Sukses opening Ma'rifah Jilid VIII di gelar, enam hari setelahnya perlombaan Ma'rifah Jilid VIII di laksanakan pada tanggal 17 Novem...