Pada abad ke-7 atau sekitar 1400 tahun silam, tanah arab dikejutkan dengan peristiwa maha hebat yang dialami Rasulullah Muhammad SAW. Peristiwa itu dinamakan dengan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Peristiwa yang kontan menjadi kontroversi pada masyarakat zaman Nabi. Ada yang ragu-ragu akan kebenaran peristiwa itu, ada yang benar-benar yakin karena percaya dengan ke-Rasulan Nabi Muhammad SAW, dan ada pula yang benar-benar tidak percaya bahkan mencemooh Nabi Muhammad SAW. Isra Mi’raj adalah dua peristiwa berbeda, tapi dikerjakan pada satu malam yang sama. Isra sendiri adalah peristiwa diperjalankannya Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Sedangkan Mi’raj adalah perjalanan dari Masjidil Aqsha di Palestina lalu naik ke luar angkasa melalui beberapa tingkatan langit, menuju ke Baitul Makmur, hingga sampai di Sidratul Muntaha.
Peristiwa Isra’ telah diterangkan dalam Al-Qur’an surat al-isra
ayat 1 yang artinya “Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya
(Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami
berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda
(kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat”. Sedangkan
peristiwa Mi’raj telah diceritakan dalam hadits riwayat muslim. Bahwasannya
setelah melakukan shalat 2 rakaat di baitul Maqdis (Masjidil Aqsa), Nabi naik
bersama jibril ke Sidratul Muntaha dan pada waktu itu Nabi menerima perintah
untuk melakukan shalat bagi seluruh umatnya.
Shalat adalah hal penting bagi umat Islam, karena shalat adalah
salah satu dasar ajaran agama Islam yang harus ditegakkan. Shalat juga menjadi
salah satu cara meningkatkan keimanan dan salah satu upaya mendekatkan diri
kepada Allah. Tak heran jika umat Islam menganggap Isra Mi’raj sebagai
peristiwa penting dan memperingatinya di setiap tahun. Pada tahun ini, Isra’
Mi’raj diperingati pada tanggal 11 maret 2021 Masehi. Tahun ini adalah
peringatan Isra’ Mi’raj kedua kita dalam kondisi pandemi Covid-19. Dalam kondisi
normal, biasanya umat Islam memperingati Isra’ Mi’raj dengan menghadiri ceramah
atau shalawatan, tapi tahun ini pandemi masih belum berakhir dan perayaan Isra’
Mi’raj harus dibatasi karena mematuhi protokol kesehatan berupa larangan
berkerumun di keramaian.
Meskipun Isra’ Mi’raj kali ini masih dalam situasi pandemi, tetap
ada beberapa hikmah Isra Mi’raj yang bisa kita ambil. Mengutip dari Prof. Dr. Muhammad
Quraish Shihab, beliau mengatakan bahwa salah satu hikmah yang bisa kita ambil
dari pandemi adalah semakin percaya akan kebesaran Allah SWT. Peristiwa Isra’
Mi’raj adalah peristiwa yang sangat sulit dicerna oleh akal manusia. Bagaimana
mungkin Rasulullah dapat melakukan perjalanan dari Masjidil Haram yang
bertempat di Mekkah ke Masjidil Aqsha yang bertempat di Palestina dengan jarak
1.500 km jauhnya hanya dengan satu malam? Mengingat pada saat itu manusia hanya
menggunakan unta sebagai tunggangannya. Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab
menegaskan bahwa kita tidak seharusnya mengukur kekuasaan Allah dengan
kemampuan manusia. Begitu juga dengan Covid-19 atau yang biasa kita sebut
dengan Corona. Corona tidak pernah kita bayangkan sebelumnya, tidak pernah
terpikirkan bahwa virus ini akan muncul dan menyebar hampir ke seluruh belahan
dunia. Hal yang harus kita ingat bahwa Allah Maha Kuasa dan manusia tidak
kuasa. Allah mampu menciptakan sesuatau yang bahkan tidak pernah terpikirkan
oleh logika manusia. Prof. Dr. Muhammad Quraisy Shihab juga mengatakan bahwa
adanya Covid-19 mengingatkan kita agar tidak bersifat angkuh dalam menjalani
kehidupan. Sebab sehebat apapun kekuatan manusia, tetap tidak akan mampu
menyangi kekuasaan Allah pemilik semesta dan seisinya.
Dalam buku Ar-Rahiq Al Makhtum Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman
al Mubarakfuri disebutkan bahwa secara historis, sebelum peristiwa Isra’
Mi’raj, Nabi Muhammad mengalami duka cita yang amat mendalam. Kejadian yang
terjadi pada tahun ke-10 nubuwwah (kenabian) ini dikenal dengan sebutan Amul
Huzni. Pada tahun itu, nabi kehilangan dua sosok yang sangat beliau sayangi,
yaitu istri beliau Khadijah binti Khuwailid dan Abu Thalib yang merupakan paman
Nabi Muhammad SAW. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga kehilangan perlindungan
dari kabilah karena setelah Abu Thalib wafat, kepemimpinan kabilah berpindah ke
tangan Abu Lahab. Dampaknya adalah perilaku musuh-musuh Rasulullah di Mekkah
semakin kasar, bahkan mulai menyerang Rasulullah secara fisik. Karena secara
historis Isra’ Mi’raj terjadi setelah tahun yang amat berat ini, ulama
berpendapat bahwa selain untuk mengetahui kekuasaan Allah Isra’ Mi’raj juga
dimaksudkan untuk menghibur Nabi Muhammad SAW setelah beliau melalui kesedihan
dan duka cita.
Ditengah pandemi Covid-19, tak sedikit anak yang ditinggalkan oleh ibunya,
istri yang ditinggalkan oleh suaminya, atau kakak yang ditinggalkan oleh adiknya.
Pandemi ini merenggut banyak nyawa, merenggut sosok berharga bagi hidup mereka
yang ditinggalkan. Hikmah Isra’ Mi’raj dalam hal ini adalah kita harus yakin
setelah kesedihan akan datang sesuatu yang indah. Dalam menghadapi tahun
kesedihan, Nabi Muhammad tetap bersabar menghadapi cobaan yang Allah berikan.
Kesabaran Nabi Muhammad membuahkan hasil, atas izin-Nya Nabi Muhammad diberi
mukjizat luar biasa berupa Isra’ Mi’raj yang tidak sembarang manusia bisa
mendapatkannya.
Peristiwa Isra’ Mi’raj tidak pernah terfikirkan oleh Nabi, mukjizat
luar biasa itu terjadi karena kuasa dan izin Allah SWT. Sama halnya dengan
kondisi yang kita hadapi saat ini. Kontroversi tentang pandemi terus berlanjut
bahkan tak berhenti. Tak seorang pun mengharapkan pandemi ini terjadi. Harapan
kita semua sama, semoga secepatnya Covid-19 hilang dari muka bumi. Isra’ Mi’raj
dan pandemi terjadi atas izin-Nya, karena harus diyakini bahwa Allah mempunyai kuasa
jauh melebihi hambanya.
Liyananda Rahma Maulida Firdaus (Divisi Bahasa Inggris)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar