Minggu, 18 April 2021

MAKNA PERAYAAN ISRA’ MI’RAJ DI TENGAH PANDEMI (JUARA III LOMBA ARTIKEL)

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa Rasulullah SAW pernah melakukan perjalanan luar biasa dari masjidil haram ke masjidil aqsha menuju sidratul muntaha yang sering kita kenal dengan sebutan isra’ mi’raj. Peristiwa tersebut juga sempat membuat heboh warga mekkah baik dari kalangan umat islam maupun dari kalangan non Islam karena sulit diterima oleh akal dan logika manusia. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT Q.S Al-Isra’ ayat 1 yang artinya “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah diberkahi sekelilingnya oleh Alah agar kami perhatikan kepadanya sebagian tanda-tanda (kekuasaan) kami. Sesungguhnya Dia adalah maha mendengar lagi maha melihat’’. Dalam ayat ini, Allah SWT sudah menjelaskan skenario perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Sehingga dengan berpatokan pada ayat ini, kita bisa memperoleh pemahaman yang sangat memadai tentang mukjizat isra’ dan mi’raj.

Sebagian dari kita mungkin tidak terlalu tahu apa makna mendalam dari Peristiwa Isra’ Mi’raj karena mungkin dari sebagian kita tidak begitu mengistimewakan dan juga tidak menerimanya sebagai peristiwa keagamaan yang diperingati setiap tahun oleh umat Islam. Mungkin juga ada sebagian yang hanya sebatas mengetahui sebagai tanggal merah, jadi mirip ritual rutin saja dan kita mendapat libur dari sekolah atau pekerjaan. Melalui peristiwa isra’ mi’raj, Rasulullah SAW telah menerima perintah yang luar biasa dari Allah SWT yaitu perintah berupa sholat, Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah SAW untuk melakukan sholat sebanyak 50 kali dalam sehari. Namun Nabi memohon dengan sangat hormat kepada Allah SWT untuk mengurangi perintah sholat tersebut, Nabi khawatir jika hal itu akan memberatkan kepada umatnya karena manusia juga harus melakukan kewajibannya yang lain. Akhirnya Allah mengabulkan permintaan Nabi Muhammad SAW, yang awalnya perintah sholat dilakukan sebanyak 50 kali dalam sehari kemudian menjadi 5 kali dalam sehari yang kita kenal dengan sebutan sholat 5 waktu, yaitu dhuhur, ashar, maghrib, isya’ dan shubuh.

Bulan Rajab adalah bulan kemuliaan, bulan dimana Allah memerintahkan sholat kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana sabda nabi yang artinya kurang lebih seperti ini “Bulan Rajab adalah bulan Allah SWT yang besar dan bulan kemuliaan. Di dalam bulan ini perang dengan orang kafir diharamkan. Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku”. Selain mengambil makna dan hikmah secara individual, kita juga harus mengambil makna dan hikmah dengan merayaan isra’ mi’raj bersama umat Islam yang lain.

Di setiap daerah memiliki tradisi atau kebiasaan yang berbeda dalam merayakan peristiwa isra’ mi’raj. Misalnya di Desa Payaman Solokuro Lamongan yang memiliki tradisi kendurenan yang sudah berjalan secara turun temurun dan diakhiri dengan acara hujan uang. Berdasarkan KBBI arti kenduri yaitu perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, tetapi ada sedikit perbedaan dengan cara pelaksanaanya, di Desa Payaman dalam perayaan isra’ mi’raj tidak ada jamuan makanan yang tersedia tetapi warga yang berbondong-bondong pergi ke masjid dengan membawa jaminan berupa nasi kotak dan makanan ringan. Semua warga sangat antusias dalam memuliakan dan merayakan isra’ mi’raj dengan berdoa bersama di dalam masjid.

Acara dimulai dengan pembacaan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW dan dilanjutkan dengan do’a bersama, Setelah membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan doa bersama, nasi itu dibagikan kembali kepada warga yang hadir untuk dibawa pulang dan dinikmati bersama keluarga di rumah. Sebelum pulang ada hujan uang sebagai penutup acara tersebut, uang dari para dermawan yang sudah terkumpul akan dibagikan kepada warga yang hadir dengan cara menebarkan atau melemparkan uang baik uang logam maupun uang kertas (dalam Bahasa jawa sering dikenal dengan istilah udik-udikan). Semua warga sangat antusias untuk merebut uang yang telah ditebarkan baik dari kalangan orang dewasa maupun anak-anak. Selanjutnya uang yang sudah didapatkan tersebut akan dibawa pulang dan disimpan dengan baik di dalam dompet karena menurut kepercayaan warga desa setempat uang tersebut akan membawa berkah dan menarik rezeki.

Namun dalam situasi pandemi pada saat ini, semua umat Islam pastinya akan memperingati isra’ mi’raj dengan cara yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Yang biasanya kita duduk dengan berkerumun saling berjabat tangan saling bersapa dan saling memberi senyuman maka yang terjadi sekarang hanya senyum yang terbalut oleh masker dan anggukan ramah sebagai isyarat sapaan. Begitu juga yang terjadi di Desa Payaman semua warga tidak kehabisan cara dalam memperingati hari besar islam warga setempat tetap memperingati isra’ mi’raj dengan memperhatikan dan mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Memperingati isra’ mi’raj dengan cara berbeda akan tetapi pada intinya kita tetap harus mengambil hikmah dari sebuah perjalanan Rasulullah SAW. Hikmah isra’ mi’raj membuka mata dan hati kita akan keagungan dan kebesaran Allah SWT bahwa kebesaran-Nya meliputi seluruh alam semesta, termasuk adanya pandemi pada saat ini umat Islam seharusnya tetap tawakal kepada Allah SWT, memperbanyak istighfar, bermuhasabah, memperbaiki diri, memperbaiki hubungan baik hubungan dengan Allah (hablumminallah) maupun hubungan dengan manusia lain (hablumminannas). Dan juga seorang muslim harus mampu mengambil hikmah dalam setiap ujian yang dilaluinya sebagaimana ia mampu mengambil hikmah dalam peristiwa isra’ mi’raj, sehingga hikmah itu bisa dijadikan pelajaran untuk menjalani kehidupan di tengah pandemi saat ini. Semoga dengan peringatan isra’ mi’raj dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. amiin


Noviyatul Badriyah (Divisi Bahasa Arab)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Sukses di Balik Acara Ma'rifah Jilid VIII, Tidak Hanya Untuk Menang Tapi Juga Tentang Belajar dan Terus Berkembang

Sukses opening Ma'rifah Jilid VIII di gelar, enam hari setelahnya perlombaan Ma'rifah Jilid VIII di laksanakan pada tanggal 17 Novem...