Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa Rasulullah SAW pernah melakukan perjalanan luar biasa dari masjidil haram ke masjidil aqsha menuju sidratul muntaha yang sering kita kenal dengan sebutan isra’ mi’raj. Peristiwa tersebut juga sempat membuat heboh warga mekkah baik dari kalangan umat islam maupun dari kalangan non Islam karena sulit diterima oleh akal dan logika manusia. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT Q.S Al-Isra’ ayat 1 yang artinya “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah diberkahi sekelilingnya oleh Alah agar kami perhatikan kepadanya sebagian tanda-tanda (kekuasaan) kami. Sesungguhnya Dia adalah maha mendengar lagi maha melihat’’. Dalam ayat ini, Allah SWT sudah menjelaskan skenario perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Sehingga dengan berpatokan pada ayat ini, kita bisa memperoleh pemahaman yang sangat memadai tentang mukjizat isra’ dan mi’raj.
Sebagian dari kita mungkin tidak terlalu tahu apa makna mendalam
dari Peristiwa Isra’ Mi’raj karena mungkin dari sebagian kita tidak begitu
mengistimewakan dan juga tidak menerimanya sebagai peristiwa keagamaan yang
diperingati setiap tahun oleh umat Islam. Mungkin juga ada sebagian yang hanya
sebatas mengetahui sebagai tanggal merah, jadi mirip ritual rutin saja dan kita
mendapat libur dari sekolah atau pekerjaan. Melalui peristiwa isra’ mi’raj,
Rasulullah SAW telah menerima perintah yang luar biasa dari Allah SWT yaitu
perintah berupa sholat, Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah SAW untuk
melakukan sholat sebanyak 50 kali dalam sehari. Namun Nabi memohon dengan
sangat hormat kepada Allah SWT untuk mengurangi perintah sholat tersebut, Nabi
khawatir jika hal itu akan memberatkan kepada umatnya karena manusia juga harus
melakukan kewajibannya yang lain. Akhirnya Allah mengabulkan permintaan Nabi Muhammad
SAW, yang awalnya perintah sholat dilakukan sebanyak 50 kali dalam sehari kemudian
menjadi 5 kali dalam sehari yang kita kenal dengan sebutan sholat 5 waktu,
yaitu dhuhur, ashar, maghrib, isya’ dan shubuh.
Bulan Rajab adalah bulan kemuliaan, bulan dimana Allah
memerintahkan sholat kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana sabda nabi yang
artinya kurang lebih seperti ini “Bulan Rajab adalah bulan Allah SWT yang besar
dan bulan kemuliaan. Di dalam bulan ini perang dengan orang kafir diharamkan.
Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan
umatku”. Selain mengambil makna dan hikmah secara individual, kita juga harus
mengambil makna dan hikmah dengan merayaan isra’ mi’raj bersama umat Islam yang
lain.
Di setiap daerah memiliki tradisi atau kebiasaan yang berbeda dalam
merayakan peristiwa isra’ mi’raj. Misalnya di Desa Payaman Solokuro Lamongan
yang memiliki tradisi kendurenan yang sudah berjalan secara turun temurun dan
diakhiri dengan acara hujan uang. Berdasarkan KBBI arti kenduri yaitu perjamuan
makan untuk memperingati peristiwa, tetapi ada sedikit perbedaan dengan cara
pelaksanaanya, di Desa Payaman dalam perayaan isra’ mi’raj tidak ada jamuan
makanan yang tersedia tetapi warga yang berbondong-bondong pergi ke masjid dengan
membawa jaminan berupa nasi kotak dan makanan ringan. Semua warga sangat antusias
dalam memuliakan dan merayakan isra’ mi’raj dengan berdoa bersama di dalam masjid.
Acara dimulai dengan pembacaan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW
dan dilanjutkan dengan do’a bersama, Setelah membaca shalawat kepada Nabi
Muhammad SAW dan doa bersama, nasi itu dibagikan kembali kepada warga yang
hadir untuk dibawa pulang dan dinikmati bersama keluarga di rumah. Sebelum
pulang ada hujan uang sebagai penutup acara tersebut, uang dari para dermawan
yang sudah terkumpul akan dibagikan kepada warga yang hadir dengan cara
menebarkan atau melemparkan uang baik uang logam maupun uang kertas (dalam
Bahasa jawa sering dikenal dengan istilah udik-udikan). Semua warga sangat antusias
untuk merebut uang yang telah ditebarkan baik dari kalangan orang dewasa maupun
anak-anak. Selanjutnya uang yang sudah didapatkan tersebut akan dibawa pulang
dan disimpan dengan baik di dalam dompet karena menurut kepercayaan warga desa
setempat uang tersebut akan membawa berkah dan menarik rezeki.
Namun dalam situasi pandemi pada saat ini, semua umat Islam
pastinya akan memperingati isra’ mi’raj dengan cara yang berbeda dari
tahun-tahun sebelumnya. Yang biasanya kita duduk dengan berkerumun saling
berjabat tangan saling bersapa dan saling memberi senyuman maka yang terjadi
sekarang hanya senyum yang terbalut oleh masker dan anggukan ramah sebagai
isyarat sapaan. Begitu juga yang terjadi di Desa Payaman semua warga tidak
kehabisan cara dalam memperingati hari besar islam warga setempat tetap memperingati
isra’ mi’raj dengan memperhatikan dan mematuhi protokol kesehatan seperti memakai
masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
Memperingati isra’ mi’raj dengan cara berbeda akan tetapi pada
intinya kita tetap harus mengambil hikmah dari sebuah perjalanan Rasulullah
SAW. Hikmah isra’ mi’raj membuka mata dan hati kita akan keagungan dan
kebesaran Allah SWT bahwa kebesaran-Nya meliputi seluruh alam semesta, termasuk
adanya pandemi pada saat ini umat Islam seharusnya tetap tawakal kepada Allah
SWT, memperbanyak istighfar, bermuhasabah, memperbaiki diri, memperbaiki
hubungan baik hubungan dengan Allah (hablumminallah) maupun hubungan dengan
manusia lain (hablumminannas). Dan juga seorang muslim harus mampu mengambil
hikmah dalam setiap ujian yang dilaluinya sebagaimana ia mampu mengambil hikmah
dalam peristiwa isra’ mi’raj, sehingga hikmah itu bisa dijadikan pelajaran untuk
menjalani kehidupan di tengah pandemi saat ini. Semoga dengan peringatan isra’
mi’raj dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. amiin
Noviyatul Badriyah (Divisi Bahasa Arab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar